Jumat, 05 Desember 2014

PERIODIASI ANGKATAN 20, 30, 45, 66


PERIODIASI ANGATAN
Pengertian

Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode
lain.

Angkatan 20’an
UNSUR ESTETIK
Angkatan 20an :
1) Gaya bahasa perumpamaan
2) beralur lurus
3) Tokoh berwatak datar
4) Banyak degresi ( sisipan )
5) Sudut pandang orang ketiga
6) Bersifat didaktis
7) Bercorak romantic
UNSUR EKSTRAESTETIK
Angkatan 20an :
1) Adat kawin paksa
2) Pertentangan paham antar kaum tua dan kaum muda
3) Latar daerah pedesaan
4) Cerita sesuai taman
5) Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan
Bahasa
Novel  Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi , menggunakan ejaan lama, pepatah, pribahasa sehingga pembaca sukar untuk mengerti isi dari cerita tersebut.
Pola Pikir Masyarakat
Novel Angkatan 20-an :
 Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih percaya akan adanya hal mistik dan sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan. Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar dan harus dituruti.

Tema Novel
Novel Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel angkatan 20-an adalah kawin paksa, pertentangan adat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda.


Contoh karya sasta angkatan 20’an :
·         Balai Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya. Menurut Sarwadi (1999: 25) nama Balai Pustaka menunjuk pada dua pengertian: 1. Sebagai nama penerbit 2. Sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
·         Siti Nurbaya (Karya Marah Rusli)-1922 Tema: Kasih tak sampai dan kawin paksa Tokoh: Sitti Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke Batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.
·         Novel yang berjudul “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar ini menceritakan kisah kehidupan seorang anak gadis bernama Mariamin yang hidup sengsara karena harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan. Mariamin mempunyai kekasih yang berasal dari keluarga kaya dan baik-baik yang bernama Aminu’ddin berjanji akan menikahinya setelah dia mendapat pekerjaan tapi Aminu’ddin tidak menikahinya karena ayahnya tidak setuju dengan hubungan mereka, Aminu’ddin hanya meminta maaf lewat surat .2 tahun berlalu , mariamin pun menikah dengan pria yang tidak ia kenal bernama kasibun yang setelah sekian lama mengidap penyakit yang dapat menular pada pasangannya. Suatu ketika Aminu’ddin datang ke rumah mariamin dan karena suaminya cemburu suaminya malah menyiksa dan memukul Aminu’ddin, karena tidak tahan mariamin pun melaporkannya ke polisi Sampai akhirnya mereka bercerai. Kesudahannya Mariamin terpaksa Pulang ke negrinya membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan sengsara yang bersarang di rumah kecil yang di pinggir sungai Sipirok. Hidup Mariamin sudah habis dan kesengsaraannya di dunia sudah berkesudahan. Azab dan Sengsara dunia ini sudah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jazad badan yang kasar itu.
Angkatan 30’an
UNSUR ESTETIK
Angkatan 30an :
1) Tidak banyak menggunakan bahasa perumpamaan
2) Alur maju
3) Tokoh berwatak bulat
4) Tidak benyak digresi (sisipan)
5) Sudut pandang orang ketiga objektif
6) Bergaya romantic
UNSUR EKSTRAESTETIK
Angkatan 30an :
1) Masalah tentang kehidupan masyarakat kota
2) Terdapat cita-cita kebangsaan
3) Bersifat didaktis
Bahasa
Novel Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati bahasa pada novel zaman sekarang.

Pola Pikir Masyarakat
Novel Angkatan 30-an:
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga ingin maju seperti kaum lelaki.

Tema Novel
Novel Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan 30-an adalah perbedaan laki-laki dan perempuan, perempuan ingin maju, emansipasi wanita.

Contoh karya sastra angkatan 30’an:
Karya Abdul Muis  :  Pertemuan Jodoh (novel, 1933)
Tulis Sutan Sati : Syair Rosina (1933)



Angkatan 45’an
Angkatan ’45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik – idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Penulis yang termasuk angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.
Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
·         Terbuka
·         Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
·         Corak isi lebih realis, naturalis
·         Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
·         Penghematan kata dalam karya
·         Ekspresif
·         Sinisme dan sarkasme
·         Karangan prosa berkurang, puisi berkembang

Contoh sastra pada masa Angkatan ’45:
·         Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
·         Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
·         Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
·         Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
·         Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
·         Tandus (S. Rukiah)
·         Puntung Berasap (Usmar Ismail)
·         Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
·         Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
·         Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
·         Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)




Angakatan 66’an
Sejarah Angkatan 66
            Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra HorisonSemangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jayasangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini sepertiMotinggo BusyePurnawan TjondronegoroDjamil SuhermanBur RasuantoGoenawan MohamadSapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lainUmar KayamIkranegaraLeon AgustaArifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman,Arief BudimanGoenawan MohamadBudi DarmaHamsad RangkutiPutu WijayaWisran HadiWing KardjoTaufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

Ciri-ciri Angkatan 66

·         Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
·         Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
·         Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
·         Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.
·         Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
·         Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.








Unsur Estetik Angkatan 66

Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus. Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan kebenaran.
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: bercorak perjuangan antitirani, protes politik, anti kezaliman dan kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra pada masa Angkatan ’66 antara lain: Pabrik (Putu Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik Ismail).

·         Penulis dan Karya Sastra
·         Sutardji Calzoum Bachri
o   O
o   Amuk
o   Kapak
·         Abdul Hadi WM
o   Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi)
o   Meditasi – (kumpulan puisi)
o   Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi)
o   Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi)
·         Sapardi Djoko Damono
o   Dukamu Abadi – (kumpulan puisi)
o   Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)
o   Perahu Kertas – (kumpulan puisi)
o   Sihir Hujan – (kumpulan puisi)
o   Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi)
o   Arloji – (kumpulan puisi)
o   Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi)
·         Goenawan Mohamad
o   Interlude
o   Parikesit
o   Asmaradana
·         Umar Kayam
o   Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
o   Lebaran di Karet, di Karet – (kumpulan cerita pendek)
·         Danarto
o   Godlob
o   Berhala
·         Putu Wijaya
o   Telegram
o   Stasiun
o   Pabrik
o   Gres – Putu Wijaya
o   Bom
o   Aduh – (drama)
o   Edan – (drama)
o   Dag Dig Dug – (drama)
·         Iwan Simatupang
o   Ziarah
o   Kering
o   Koong
o   RT Nol / RW Nol – (drama)
·         Arifin C. Noer
o   Tengul – (drama)
o   Sumur Tanpa Dasar – (drama)
o   Kapai Kapai – (drama)
·         Djamil Suherman
o   Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek)
o   Sakerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar